Di media cetak saya sering menemukan iklan pasar modern
satu halaman penuh. Iklan tersebut biasanya menampilkan produk disertai harganya.
Bahkan ada produk yang dibanderol dengan harga lebih murah daripada pasar
tradisional. Tentunya ini bisa mengalihkan konsumen pasar tradisional ke pasar
modern. Tak hanya itu saja, cara praktis yang ditawarkan pasar modern, yakni
datang, ambil, lalu bayar mendorong orang berduyun-duyun berbelanja ke pasar
modern. Akibatnya pasar tradisional semakin kehilangan pelanggan.
Selama ini, pemerintah daerah (Pemda)
mengatakan pro terhadap pasar tradisional maka yang dilakukan adalah membangun
pasar dari aspek fisiknya saja. Fisik itu penting, tapi yang lebih penting lagi
bagaimana merangsang emosional masyarakat agar timbul reaksi cinta terhadap
pasar tradisional. Untuk itu saya mengusulkan
sebaiknya Pemda gencar mempromosikan pasar tradisional lewat iklan. Agar tidak
kalah pamor dengan pasar modern. Selain itu, Iklan bisa menarik daya beli
masyarakat, punya daya persuasif untuk mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat,
sekaligus bisa membangun citra produk lokal. Dengan begitu masyarakat bisa
tetap gemar berbelanja di pasar tradisional
Promosi lewat iklan bisa dimaknai sebagai bukti
perhatian Pemda terhadap nasib pedagang kecil agar tetap eksis ditengah perekonomian
global tanpa harus kehilangan pekerjaannya sebagai salah satu simbol gerakan ekonomi
kerakyatan. Karena dengan berupaya mengangkat perekonomian rakyat kecil dan
usaha kecil seperti itu, maka dengan sendirinya akan mengangkat perekonomian
bangsa. Untuk itu keberpihakan pemerintah sangat dibutuhkan dalam menjaga
keberadaan pasar tradisional disamping upaya melestarikan kearifan lokal yakni,
nilai toleransi, kerukunan, dan saling tolong-menolong dalam mengais rezeki.
Semua upaya tersebut tentu saja diperlukan dukungan masyarakat luas untuk tetap
mencintai pasar tradisional demi membangun pasar tradisional yang menjadi
dambaan seluruh masyarakat Indonesia.