Minggu, 30 September 2012
Budayakan Pakai Ulang Kantong Plastik Bekas
Dengan memakai ulang
berarti kita menghemat sumber daya alam. Karena kantong plastik itu terbuat
dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Salah satu
sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Untuk itu, pemakaiannya perlu
dihemat agar tetap terjaga kelestariannya. Sehingga keseimbangan alam tak
terganggu. Dan kebutuhan manusia akan sumber daya alam bisa terus terpenuhi.
Selain itu, ini sebagai
upaya mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh plastik itu
sendiri. Coba bayangkan jika setiap orang bisa mengurangi pencemaran plastik secara
bersama-sama. Pasti bumi ini akan tetap lestari. Kesempatan hidup
makhluk-makhluk hidup di bumi bisa lebih panjang. Serta bisa menyehatkan untuk dihuni
generasi yang akan datang. Untuk itu, mari segera kita budayakan pemakaian
ulang kantong plastik. Jangan lupa, tularkan pula pada anak-anak kita.
Sabtu, 29 September 2012
Jaran Kepang dan Pengamen Jalanan
Sesuai
namanya, Jaran Kepang artinya kuda-kudaan dari kepangan bambu. Dalam pertunjukkan
penari bakal terus menunggang kuda tersebut dan bertingkah seolah-olah si jaran
kepang hidup. Awalnya semua menari teratur dan bergoyang seperti kuda
mengikuti ritme musik. Setelah beberapa saat, mendadak penari kesurupan
dan mulai seperti kerasukan kuda. Mereka berlari, melompat, dan berperilaku
sama dengan kuda. Begitulah singkat cerita kesenian ini.
Sekarang
kesenian jaran kepang tak nampak rupa sebagai hiburan rakyat lagi. Dengar-dengar
banyak grup kesenian jaran kepang terpaksa bubar. Ya mau gimana lagi, wong tidak ada yang mau nanggap kesenian
ini. Dan tongkat estafet itu kemudian di pegang pengamen jalanan. Mereka yang
masih cinta dengan kesenian ini kerap memainkan jaran kepang sebagai lahan
mencari uang. Tak jarang aksinya ini hanya bisa memperoleh imbalan uang recehan.
Siapa yang mau peduli “pengamen”. Sungguh tragis nasib keduanya. Jaran kepang dan pengamen jalanan.
Saya
sendiri berpendapat bahwa pengamen tersebut pantas disebut pahlawan. Mengapa?
Mereka telah memperjuangkan kesenian khas asli Indonesia yang terseok-seok
mencari penghidupan di negerinya sendiri. Karena seharusnya kesenian tersebut
muncul dan tercipta sebab kerinduan akan penghiburan dari warga masyarakat,
bukan untuk mencari uang. Coba kita merenung sejenak. Mengapa Malaysia berkali-kali
mengakui budaya kita sebagai budayanya? Itu akibat kita lalai merawat budaya
sendiri. Masih untung ada pengamen yang bersedia merawat dan terus membangun
memori kolektif akan kesenian tersebut. Patutnya kita berterima kasih kepada
mereka.
Saya
juga berharap pemerintah mau turun tangan dalam hal ini. Setidaknya ada penghargaan
kepada pengamen jalanan tersebut. Itu harga yang pantas mereka dapatkan karena
telah mendedikasikan seni sebagai jalan hidupnya.
Langganan:
Postingan (Atom)